Anti Klimaks: Agenda Anti Pembangunan disahkan di WTO

0
501

Pada pukul 22.42 waktu Hong Kong (atau 21:42 wib), Konperensi Tingkat Menteri WTO VI resmi ditutup oleh John Tsang, Ketua KTM. Tak banyak penjelasan mendetil dalam acara penutupan tersebut, termasuk naskah akhir Deklarasi Menteri tidak dibahas. Hanya ditambahkan beberapa perbaikan tidak penting atas beberapa pasal. Artinya draft Deklarasi Menteri yang keluar sebelumnya pada sore hari ini, sekitar pukul 15.00, menjadi Deklarasi Menteri KTM VI Hong Kong.

Dengan naskah akhir Deklarasi Menteri yang seperti ini, maka hasil ini jelas-jelas tidak mendukung agenda pembangunan yang telah didengung-dengungkan sejak KTM WTO di Doha, tahun 2001. Apa yang disepakati para menteri perdagangan dunia di Hong Kong ini adalah sebuah agenda anti-pembangunan. Meskipun banyak terjadi perdebatan mengenai berbagai sektor yang dibahas, pada akhirnya negara-negara maju kembali menguasai meja perundingan WTO. Dalam hal ini, negara-negara berkembang dijebak untuk mengadopsi strategi tukar-menukar (trade-off) antara sektor pertanian dengan jasa dan tarif industri. Di bidang pertanian seolah-olah telah diakomodasi kepentingan negara-negara berkembang dan miskin dalam hal pemotongan subsidi ekspor, penyetujuan atas produk-produk khusus (SPs) dan mekanisme pengamanan khusus (SSM), pemangkasan subsidi ekspor kapas di negara-negara maju yang akan dihapus tahun 2006, pemangkasan subsidi pertanian di negara-negara maju tahun 2013, serta pemberian bebas bea dan bebas kuota atas ekspor kapas dari negara-negara miskin.

Akan tetapi, negara-negara maju meminta timbal balik dalam sektor jasa (GATS) dengan pembukaan pasar jasa secara agresif melalui pengadopsian sistem plurilateral dalam perundingan serta target-target kuantitatif dan kualitatif. Selain itu di sektor tarif industri (NAMA), metode penurunan tarif pada akhirnya menggunakan pendekatan formula Swiss yang agresif, meskipun hingga kini masih belum diketahui varian formula Swiss ataupun nilai koefisien yang mana yang akan digunakan dalam proses penurunan tarif.

Dalam konperensi pers sesudahnya, John Tsang dan Pascal Lamy, Direktur Jendral WTO juga menyindir para demonstran yang terlibat dalam bentrokan dengan pihak aparat pada tanggal 17 Desember lalu. Menurut Tsang, rakyat Hong Kong telah menerima komunitas dunia dengan kehangatan, dan, tentunya mereka juga berharap mendapat imbalan serupa, dan bukannya kekacauan. IGJ menilai akhir dari KTM WTO di Hong Kong kali ini merupakan anti-klimaks atas perjuangan panjang negara-negara berkembang yang menuntut dihormatinya agenda pembangunan dalam putaran kali ini. Nyatanya yang mereka dapatkan kali ini adalah sebuah tipuan kembali, dimana di pertanian tidak mendapat manfaat yang substantif dan pemangkasan subsidi tidak berarti subsidi di negara maju akan sepenuhnya dihapus. Mereka juga harus membayar harga mahal dengan melepas sektor jasa dan industri untuk diliberalisasi lebih lanjut lewat akses pasar yang agresif. KTM Hong Kong kembali membuktikan betapa lihainya negara maju menyulap perundingan, dan mengabaikan aspirasi masyarakat sipil sedunia yang hadir di Hong Kong. WTO kembali memperlihatkan wajah sebenarnya: manipulatif dan tidak demokratis.

HONG KONG, 18 DESEMBER 2005 (23:35).
INSTITUTE FOR GLOBAL JUSTICE (IGJ)
Email: igj@globaljust.org

diterima oleh redaksi sekitarkita pada 19 Desember 2005

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here