Film dokumenter ini merekam dua tokoh perempuan dengan berbeda latar belakang namun sedang memperjuangkan haknya masing-masing, yaitu keadilan.
Neneng berusia (35), merupakan salah satu warga dusun Rumpin. Di daerah tersebut tanah 1000 hektar milik warga tersebut diambil secara paksa oleh Angkatan Udara pada tahun 2007. Alih-alih pihak Angkatan Udara melakukan “water training” ternyata lahan yang dulunya sawah dijadikan tambang pasir hingga melumpuhkan persawahan dan pertanian sekitar lahan.
Kemudian Ibu Sumarsih (59), beliau orang tua Wawan mahasiswa Atmajaya korban penembakan saat tragedi Semanggi I. Sejak kematiannya, kasus Wawan belum pernah terungkap siapa pelakunya.
Mereka berdua bertemu setiap hari Kamis, dimana para pejuang dari berbagai macam kasus dari era ’65 hingga sekarang melakukan aksi diam. Mereka selalu berdiri di depan Istana Negara, Jakarta. Sambil berdiri memegangi payung hitam, mereka membawa pesan-pesan para pejuang untuk disampaikan kepada presiden. Namun, pada film ini dari ratusan pesan yang disampaikan, belum pernah dijawab oleh presiden.
- Director: Chairun Nissa
- Camera: Chairun Nissa, Kiki Febriyanti
- Producer: Carolina Monteiro
- Production Assistant: Kiki Febriyanti
- Production Manager: Sandie Monteiro
- Secretary: Puri Kurniasih
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: Kiki Febriyanti
Sumber: Engagemedia