Kantor Kontras (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) sebagaimana kita ketahui diserang oleh massa yang menamakan dirinya keluarga korban tragedi Cawang ’98. Pada tgl 12 Maret 2002 beberapa utusan yang mengaku mewakili keluarga korban tragedi Cawang yaitu Faisal Asegaf, Abubakar dan beberapa orang lainnya mendatangi kantor Kontras. Mereka datang untuk berdialog dengan Kontras dalam rangka meminta klarifikasi tentang kedatangan keluarga korban Tragedi Trisakti dan Semanggi I- II ke tempat tinggal Jenderal (purn) Wiranto. Menurut mereka, kehadiran keluarga korban seperti itu merupakan suatu bentuk teror. Ketika itu ditanyakan kepada mereka mengapa mereka terusik dengan kejadian itu, mereka malah bertambah marah sambil memukul meja.
Dialog berlangsung beberapa jam dengan suasana yang sedikit memanas namun masih kekeluargaan. Akhirnya didapat kesimpulan bahwa Kontras bersedia menjadi kuasa hukum dan memantau pengusutan kasus kekerasan yang terjadi di Cawang pada tahun 1998. Mengenai Tragedi Trisakti Semanggi I- II, mereka menyatakan akan mendukung semua upaya penegakan HAM tanpa pandang bulu, serta meminta mereka untuk diikut sertakan dalam upaya penegakan HAM tersebut.
Pada hari berikutnya tanggal 13 Maret 2002 ternyata terjadi penyerangan itu dengan runtutan kronologis sebagai berikut:
Jam 12.30 wib
Kelompok massa (sebagian adalah mereka yang datang pada hari sebelumnya) datang dan bergerombol di beberapa titik antara lain di depan LBH Jakarta dan warung- warung sekitar Kontras. Diperkirakan mereka yang datang pertama ini adalah tim untuk mensurvei keadaan sekitar.
Jam 13.15 wib
Massa datang menggunakan 10 buah metromini, 12 kendaraan pribadi dan beberapa sepeda motor. Dari kesaksian beberapa staf Kontras, mereka menyerang dengan mengepung dua pintu masuk sekretariat dengan membawa spanduk dan poster serta sebagian membawa potongan balok, batu dan palu. Beberapa tulisan yang tercantum di poster serta spanduk antara lain : Munir Yahudi, Munir PKI, Kontras menyambung lidah komunis dan luar negeri, Munir Yahudi bangsat, keluar Munir kami sate, Kontras = preman dan petualang HAM, Kontras sok pahlawan HAM.
Massa langsung mengepung dan masuk dari dua pintu tadi, dan sambil mengeluarkan kata- kata kotor mereka menyerang kantor seraya mencari Munir yang dilanjutkan dengan tindakan merusak barang- barang inventaris Kontras. Menurut perkiraan staf- staf Kontras, massa berjumlah kurang lebih 500 orang dan dipimpin oleh 4 orang koordinator. Mereka menghancurkan semua peralatan kantor, kaca- kaca jendela, meja- meja serta memporak- porandakan isi kantor. Komputer serta fasilitas penyimpanan data juga dihancurkan, dua buah STNK hilang, bantuan banjir dirusak dan dijarah (tercatat 8 buah dus bantuan banjir hilang). Berkas- berkas yang hilang meliputi berkas- berkas tentang konflik Aceh, Papua dan kasus Theys serta berkas tentang konflik Poso.
Terjadi juga pengeroyokan dan pemukulan terhadap staf Kontras, terkena pukulan serta tendangan pada bagian wajah serta tubuh. Staf yang lain terluka karena terkena pecahan kaca.
Munir ketika itu masih ada di ruang kerjanya, dan selanjutnya sempat terjadi baku hantam antara Munir dengan salah seorang pendemo. Salah seorang demonstran mencekik dan menarik krah baju Munir diriingi makian seperti “Pengkhianat bangsa, komunis, anti islam” dan sebagainya. Beberapa orang lainnya ingin menganiaya Munir. Sempat juga terjadi dialog antara Munir dengan beberapa pimpinan demonstran. Dan mereka mengungkapkan kekesalan mereka karena Kontras tidak membela korban PAM Swakarsa Cawang dan hanya membela kasus Trisakti, Semanggi I dan II.
Tuntutan mereka:
- Kontras dan Munir diminta untuk berhenti dan mundur dari pengungkapan kasus Trisakti dan Semanggi.
- Kontras dan Munir diminta untuk tidak mempolitisir kasus Trisakti dan Semanggi
Sumber: Kontras dan warga sekitar