Ketika Utang Dihapuskan

0
505

Ketika orang sudah tidak punya apa-apa lagi mereka hanya bisa bermimpi. Tapi kita disini tidak sedang ingin melakukan itu. Tahun 1999 lalu, berbagai macam orang telah berkumpul di Afrika Selatan, Gauteng, untuk mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan.

Mereka yang berkumpul tersebut terdiri dari berbagai wakil gerakan masyarakat, organisasi rakyat, dan agama. Tujuan mereka satu, menghapuskan utang yang sudah menjerat banyak negara-negara miskin (pendapatan per kapita) dibawah US$ 725 yang dipakai untuk pembayaran utang dialihkan untuk biaya kesehatan dan pendidikan 7 juta anak dalam satu tahun dapat diselamatkan. Para pejabat pemberi donor mungkin berbicara tentang masalah ini dalan ruang-ruang ber-AC dalam istilah-istilah naik turunnya modal kapita ratio dan peringkat-peringkat, yang tidak dimengerti oleh orang banyak. Tapi di luar, dalam debu dan panas, berbagai bantuan dari pejabat pemberi donor mengatas namakan banyak orang, dengan definisi-definisi, berbagai program diluncurkan, seringkali dilakukan oleh berbagai pemimpin satu negara yang mungkin tidak dipilih dengan benar oleh rakyatnya, untuk membiaya proyek bantuan tersebut, yang pada akhirnya tidak memberikan keuntungan apa-apa, kecuali bunga utang yang terus-menerus harus dibayar, oleh pajak, dan kekayaan alam, yang sudah tergadai. Beban dan biaya pembayaran utang luar negeri akan dirasakan dan dialami oleh kelompok miskin dan kelompok rentan lainnya. Dana utang yang dikorupsi, salah alamat dan bahkan ada yang justru dipakai untuk pembayaran atau mensubsidi karyawan-karyawan industri maju. Karena itu sudah sepantasnyalah jika dana-dana ini yang kita sebut “hutang najis” (odiuos debt) dihapuskan.

Indonesia dalam RAPBN 2001 yang diajukan pemerintah misalnya merencanakan penarikan dan dari masyarakat sekitar Rp. 187,4 triliun sementara rencana pengeluaran langsung menyentuh masyarkat luas diperkirakan sebesar Rp. 217,7 triliun. Tetapi ini kemudian menjadi semu dan tidak menyentuh masyarakat banyak karena sepertiganya atau sekitar Rp. 77,4 triliun akan dipakai untuk membayar hutang pemerintah.

Bayangkan ketika bunga pembayaran sebesar itu bisa dipakai untuk kesejahteraan banyak orang termasuk investasi dalam bidang pendidikan dan kesehatan dan ini hanya bisa kita lakukan jika kita sepakat bahwa bagaimanapun kita sudah membayar bunga utang yang terdahulu.

Kita bukan satu-satunya bangsa yang menuntut adanya penghapusan utang. Bersama dengan berbagai macam orang di berbagai belahan dunia, tuntutan penghapusan utang terus digemakan.

Seorang pemimpin Cina bernama Sun Yat Sen pernah mengatakan. ” Apa yang tercipta dibawah surga, akan menjadi milik semua.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here